Nilai tukar mata uang selalu menjadi topik yang hangat dibicarakan, terutama bagi mereka yang berurusan dengan perdagangan internasional, investasi, maupun perjalanan ke luar negeri. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merupakan salah satu indikator ekonomi penting yang mempengaruhi berbagai sektor di Indonesia. Namun, apa yang sebenarnya mempengaruhi naik turunnya nilai tukar rupiah? Dan bagaimana situasi terkini?
Apa Itu Nilai Tukar?
Nilai tukar adalah harga satu mata uang dalam hal mata uang lainnya. Dalam hal ini, kita membahas rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Setiap hari, nilai tukar bisa berubah tergantung pada beberapa faktor, seperti kondisi ekonomi, inflasi, kebijakan moneter, dan peristiwa global.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara. Berikut beberapa di antaranya:
1. Kebijakan Moneter
Bank Indonesia (BI) memiliki peran utama dalam menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. BI menggunakan berbagai instrumen, termasuk suku bunga, untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar.
2. Inflasi
Tingkat inflasi yang lebih tinggi di Indonesia dibandingkan negara lain, seperti AS, cenderung melemahkan nilai tukar rupiah. Inflasi yang tinggi mengurangi daya beli mata uang tersebut.
3. Perbedaan Suku Bunga
Suku bunga yang lebih tinggi di negara tertentu cenderung menarik investor untuk menempatkan dananya di negara tersebut. Jika suku bunga di AS lebih tinggi dibandingkan di Indonesia, investor akan lebih cenderung menukar rupiah mereka ke dolar AS untuk mendapatkan keuntungan lebih besar.
4. Kondisi Ekonomi Global
Ekonomi global juga memainkan peran besar. Ketidakpastian seperti perang, krisis ekonomi, atau pandemi bisa membuat investor beralih ke mata uang yang dianggap lebih aman, seperti dolar AS.
5. Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan juga mempengaruhi nilai tukar rupiah. Jika Indonesia mengalami defisit perdagangan yang besar, permintaan terhadap mata uang asing akan meningkat dan menyebabkan rupiah melemah.
6. Intervensi Pasar
Kadang-kadang, Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas rupiah. Intervensi ini bisa berupa penjualan atau pembelian mata uang asing, seperti dolar AS.
Nilai Tukar Rupiah Hari Ini
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berubah-ubah setiap hari. Pada hari ini, nilai tukar berada di kisaran Rp 15.000 per 1 dolar AS (contoh). Perubahan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang telah disebutkan sebelumnya, serta dinamika pasar valuta asing secara umum.
Tren Nilai Tukar Rupiah dalam Beberapa Bulan Terakhir
Nilai tukar adalah perbandingan antara mata uang satu negara dengan mata uang negara lain. Nilai ini menunjukkan berapa banyak satu unit mata uang domestik bisa ditukar dengan mata uang asing. Sebagai contoh, jika nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS adalah Rp15.000 per 1 USD, berarti Anda membutuhkan Rp15.000 untuk mendapatkan 1 Dolar AS.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar
Nilai tukar dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi ekonomi global, suku bunga, inflasi, dan stabilitas politik. Semakin kuat fundamental ekonomi suatu negara, semakin stabil nilai tukar mata uangnya.
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 2024
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS
Pada tahun 2024, Rupiah menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan terhadap Dolar AS. Di awal tahun, Rupiah sempat menguat berkat peningkatan ekspor dan stabilitas domestik. Namun, memasuki kuartal kedua, tekanan dari ekonomi global, seperti ketidakpastian kebijakan moneter AS, membuat Rupiah melemah.
Dampak Global Terhadap Rupiah
Pengaruh global seperti perang dagang, resesi ekonomi di beberapa negara, dan ketidakpastian geopolitik telah memengaruhi Rupiah. Ketika ketidakpastian global meningkat, mata uang negara berkembang seperti Rupiah cenderung mengalami pelemahan.
Pengaruh Ekonomi Global pada Rupiah
Kondisi Ekonomi Global
Ekonomi global saat ini menghadapi tantangan besar seperti inflasi tinggi, ketegangan geopolitik, dan gangguan rantai pasokan. Ketika ekonomi global melambat, permintaan terhadap mata uang negara berkembang menurun, termasuk Rupiah.
Kebijakan Bank Sentral AS (The Fed)
The Fed berperan penting dalam menentukan arah pergerakan nilai tukar Rupiah. Ketika The Fed menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi, investor cenderung memindahkan dananya ke aset yang lebih aman di AS, menyebabkan Rupiah melemah.
Dampak Harga Komoditas Dunia terhadap Rupiah
Harga Minyak dan Pengaruhnya pada Rupiah
Indonesia adalah salah satu negara pengimpor minyak. Ketika harga minyak dunia naik, biaya impor minyak juga meningkat, sehingga membebani Rupiah. Pada tahun 2024, harga minyak yang fluktuatif turut memengaruhi pergerakan nilai tukar Rupiah.
Fluktuasi Harga Emas dan Dampaknya
Harga emas, yang sering dianggap sebagai aset aman, juga memengaruhi Rupiah. Ketika harga emas melonjak, investor lebih memilih emas daripada Rupiah, yang dapat menyebabkan pelemahan nilai tukar.
Pengaruh Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Suku Bunga dan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia secara aktif menggunakan suku bunga sebagai alat untuk menjaga stabilitas Rupiah. Kenaikan suku bunga sering digunakan untuk menarik investasi asing dan menjaga daya tarik Rupiah di pasar global.
Intervensi Bank Indonesia di Pasar Valuta Asing
Selain suku bunga, Bank Indonesia juga sering melakukan intervensi langsung di pasar valuta asing untuk menstabilkan Rupiah. Pada 2024, intervensi ini terlihat lebih aktif, terutama saat Rupiah berada di bawah tekanan.
Pengaruh Kondisi Politik Domestik
Stabilitas Politik dan Nilai Tukar
Stabilitas politik dalam negeri sangat berpengaruh pada nilai tukar. Ketika kondisi politik stabil, investor merasa lebih percaya diri untuk menanamkan modal di Indonesia, yang mendukung penguatan Rupiah.
Pilkada dan Pengaruhnya terhadap Rupiah
Tahun 2024 juga diwarnai oleh pemilihan kepala daerah di beberapa wilayah. Meskipun tidak berdampak besar, ketidakpastian politik lokal bisa menyebabkan sedikit gejolak pada Rupiah.
Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia
Ekspor dan Impor serta Dampaknya pada Rupiah
Neraca perdagangan Indonesia memainkan peran penting dalam menentukan kekuatan Rupiah. Ketika ekspor lebih besar dari impor, permintaan terhadap Rupiah meningkat, sehingga nilainya menguat. Namun, defisit perdagangan dapat menyebabkan pelemahan Rupiah.
Defisit Neraca Perdagangan
Pada beberapa bulan terakhir, defisit neraca perdagangan menjadi perhatian. Ketergantungan pada impor barang modal dan konsumsi menjadi salah satu faktor penyebab defisit, yang pada akhirnya memberi tekanan pada nilai tukar Rupiah.
Prediksi Nilai Tukar Rupiah di Masa Depan
Tren yang Diprediksi untuk Sisa Tahun 2024
Berdasarkan tren global dan domestik, diprediksi bahwa Rupiah akan tetap menghadapi tekanan dalam beberapa bulan ke depan, terutama dari faktor eksternal seperti kebijakan moneter AS dan fluktuasi harga komoditas.
Faktor-faktor yang Harus Diwaspadai
Kebijakan ekonomi dalam negeri, kestabilan politik, dan perkembangan di sektor komoditas akan menjadi faktor utama yang harus diwaspadai dalam menentukan arah pergerakan Rupiah.
Bagaimana Nilai Tukar Mempengaruhi Kehidupan Sehari-hari?
Dampak pada Harga Barang Impor
Ketika Rupiah melemah, harga barang impor seperti elektronik, bahan baku, dan produk otomotif cenderung naik. Ini mempengaruhi daya beli masyarakat, terutama bagi mereka yang bergantung pada produk impor.
Pengaruh terhadap Investasi dan Bisnis Lokal
Bisnis yang bergantung pada bahan baku impor akan menghadapi kenaikan biaya produksi ketika Rupiah melemah. Namun, sektor yang berorientasi ekspor mungkin justru mendapatkan keuntungan dari pelemahan Rupiah.
Dampak Nilai Tukar Terhadap Ekonomi Indonesia
1. Ekspor dan Impor
Jika rupiah melemah, harga barang-barang impor akan naik, yang bisa menyebabkan inflasi di dalam negeri. Di sisi lain, barang-barang ekspor dari Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar internasional karena harganya lebih murah dalam dolar AS.
2. Investasi Asing
Nilai tukar yang stabil cenderung menarik lebih banyak investasi asing. Sebaliknya, ketidakstabilan nilai tukar bisa menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor, yang kemudian berpotensi mengurangi aliran investasi ke Indonesia.
3. Utang Luar Negeri
Melemahnya rupiah akan meningkatkan beban pembayaran utang luar negeri, terutama yang berdenominasi dalam dolar AS. Ini bisa menambah tekanan terhadap anggaran negara dan memperburuk defisit.
4. Pariwisata
Sektor pariwisata bisa mendapatkan keuntungan dari pelemahan rupiah, karena wisatawan mancanegara akan mendapati Indonesia sebagai destinasi yang lebih murah. Namun, sektor ini juga rentan terhadap peristiwa global yang mempengaruhi jumlah wisatawan.
Peran Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Nilai Tukar
Bank Indonesia memiliki berbagai alat kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Salah satu instrumen utamanya adalah operasi pasar terbuka, di mana BI membeli atau menjual surat berharga untuk mengendalikan likuiditas di pasar.
Tugas Bank Indonesia:
- Mengendalikan inflasi.
- Menjaga stabilitas sistem keuangan.
- Mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bagaimana Memprediksi Nilai Tukar di Masa Depan?
Memprediksi nilai tukar mata uang sangat sulit karena banyak faktor yang mempengaruhi, baik di tingkat domestik maupun global. Namun, analisis teknikal dan fundamental sering digunakan oleh trader untuk memprediksi pergerakan mata uang.
Analisis Fundamental
Analisis fundamental adalah metode evaluasi nilai intrinsik suatu aset, baik itu saham, mata uang, atau komoditas, dengan memeriksa faktor-faktor ekonomi, keuangan, dan faktor lainnya yang dapat memengaruhi harga atau nilai aset tersebut di masa mendatang. Dalam konteks valuta asing seperti Rupiah, analisis fundamental melibatkan peninjauan kondisi ekonomi makro dan faktor-faktor spesifik negara yang bisa memengaruhi nilai tukar mata uang.
Berikut adalah beberapa elemen penting dalam analisis fundamental:
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang diukur melalui produk domestik bruto (PDB), sangat berpengaruh terhadap nilai tukar mata uangnya. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, semakin besar kemungkinan mata uang negara tersebut menguat. Ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi yang baik cenderung menarik investasi asing, yang pada akhirnya meningkatkan permintaan terhadap mata uang domestik.
2. Inflasi
Tingkat inflasi adalah salah satu indikator utama yang digunakan dalam analisis fundamental. Negara dengan tingkat inflasi yang lebih rendah biasanya memiliki nilai tukar mata uang yang lebih stabil dan cenderung menguat dibanding negara dengan inflasi tinggi. Inflasi yang tinggi akan mengikis daya beli mata uang, sehingga mengurangi nilainya.
3. Suku Bunga
Suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral memiliki dampak langsung pada nilai tukar mata uang. Ketika suku bunga naik, imbal hasil dari aset dalam mata uang tersebut menjadi lebih menarik bagi investor asing, yang akan meningkatkan permintaan terhadap mata uang tersebut. Sebaliknya, jika suku bunga turun, investor mungkin akan mencari alternatif lain, sehingga menurunkan permintaan terhadap mata uang tersebut.
4. Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan suatu negara (selisih antara ekspor dan impor) memainkan peran besar dalam menentukan nilai tukar mata uangnya. Jika suatu negara memiliki surplus perdagangan (lebih banyak ekspor daripada impor), maka ada peningkatan permintaan untuk mata uang domestik dari pembeli luar negeri, yang dapat menguatkan mata uang. Sebaliknya, defisit perdagangan (lebih banyak impor daripada ekspor) dapat menyebabkan pelemahan mata uang.
5. Cadangan Devisa
Cadangan devisa suatu negara, yang merupakan simpanan mata uang asing yang dimiliki oleh bank sentral, berfungsi sebagai penopang stabilitas nilai tukar. Negara dengan cadangan devisa yang besar memiliki kemampuan lebih baik untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing guna menstabilkan mata uangnya.
6. Kebijakan Fiskal dan Moneter
Kebijakan fiskal pemerintah, seperti pengeluaran dan pajak, serta kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral, seperti pengaturan suku bunga dan likuiditas, juga berdampak pada nilai tukar mata uang. Kebijakan yang pro-pasar dan mendukung pertumbuhan ekonomi umumnya akan memperkuat mata uang, sementara kebijakan yang terlalu ekspansif atau proteksionis dapat menyebabkan ketidakstabilan mata uang.
7. Stabilitas Politik
Stabilitas politik suatu negara juga merupakan faktor penting dalam analisis fundamental. Negara dengan kondisi politik yang stabil cenderung lebih menarik bagi investor, karena risiko investasi yang lebih rendah. Sebaliknya, ketidakpastian politik atau perubahan pemerintahan yang tidak terduga dapat memicu fluktuasi nilai tukar.
8. Harga Komoditas
Bagi negara-negara penghasil komoditas seperti Indonesia, harga komoditas dunia (seperti minyak, batu bara, dan kelapa sawit) sangat memengaruhi nilai tukar. Jika harga komoditas utama yang diekspor naik, hal ini akan memperkuat mata uang domestik karena pendapatan ekspor meningkat. Sebaliknya, penurunan harga komoditas bisa menyebabkan penurunan permintaan terhadap mata uang.
9. Arus Modal Asing
Aliran modal asing, baik dalam bentuk investasi langsung (FDI) maupun investasi portofolio (seperti pembelian saham dan obligasi), berpengaruh besar terhadap nilai tukar mata uang. Arus masuk modal yang besar dapat menguatkan mata uang karena meningkatkan permintaan terhadap mata uang domestik. Namun, jika terjadi arus keluar modal secara besar-besaran, nilai tukar mata uang bisa melemah dengan cepat.
10. Sentimen Pasar
Walaupun sentimen pasar sering kali dikaitkan dengan analisis teknikal, dalam analisis fundamental, sentimen umum investor terhadap suatu negara dapat memengaruhi nilai tukar. Berita negatif seperti ketidakpastian politik, krisis ekonomi, atau bencana alam dapat memicu pelemahan mata uang karena investor memilih untuk menjauh dari risiko.
Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi dan memprediksi pergerakan harga aset, seperti saham, mata uang, atau komoditas, dengan menganalisis data pasar historis, terutama harga dan volume perdagangan. Tidak seperti analisis fundamental yang berfokus pada faktor ekonomi dan keuangan, analisis teknikal lebih menitikberatkan pada pola grafik dan indikator matematis yang terbentuk dari pergerakan harga.
Berikut adalah elemen-elemen penting dalam analisis teknikal:
1. Grafik Harga
Grafik harga adalah alat utama dalam analisis teknikal. Ada tiga jenis grafik yang umum digunakan:
- Grafik Garis: Menghubungkan harga penutupan dari satu periode ke periode berikutnya.
- Grafik Batang (Bar Chart): Menampilkan harga pembukaan, penutupan, tertinggi, dan terendah dalam satu periode.
- Grafik Lilin (Candlestick Chart): Salah satu jenis grafik yang paling populer, menampilkan informasi yang mirip dengan grafik batang namun dengan representasi visual yang lebih jelas tentang pergerakan harga naik atau turun.
2. Tren Pasar
Identifikasi tren merupakan dasar dari analisis teknikal. Tren mengacu pada arah umum di mana harga bergerak dalam suatu periode waktu. Ada tiga jenis tren utama:
- Tren Naik (Uptrend): Ketika harga bergerak lebih tinggi, ditandai dengan puncak yang lebih tinggi (higher highs) dan dasar yang lebih tinggi (higher lows).
- Tren Turun (Downtrend): Ketika harga bergerak lebih rendah, dengan puncak yang lebih rendah (lower highs) dan dasar yang lebih rendah (lower lows).
- Tren Mendatar (Sideways/Range-Bound): Ketika harga bergerak dalam kisaran yang sempit tanpa arah naik atau turun yang jelas.
3. Support dan Resistance
Support dan resistance adalah level harga yang sering dijadikan acuan oleh trader.
- Support: Adalah level di mana harga cenderung berhenti jatuh karena ada cukup banyak pembeli yang tertarik untuk masuk ke pasar pada harga tersebut.
- Resistance: Adalah level di mana harga cenderung berhenti naik karena ada banyak penjual yang ingin menjual pada harga tersebut.
Jika harga menembus level support, harga bisa jatuh lebih lanjut. Sebaliknya, jika harga menembus level resistance, harga bisa naik lebih tinggi.
4. Indikator Teknikal
Indikator teknikal adalah alat yang digunakan untuk membantu trader menganalisis tren, momentum, dan potensi pembalikan arah. Berikut beberapa indikator teknikal yang sering digunakan:
- Moving Average (MA): Menghaluskan pergerakan harga untuk membantu mengidentifikasi tren. Ada dua jenis utama MA: Simple Moving Average (SMA) dan Exponential Moving Average (EMA).
- Relative Strength Index (RSI): Mengukur kekuatan atau kelemahan harga berdasarkan perubahan harga terbaru. RSI bernilai antara 0 dan 100; angka di atas 70 menunjukkan pasar dalam kondisi overbought (jenuh beli), dan angka di bawah 30 menunjukkan kondisi oversold (jenuh jual).
- Bollinger Bands: Indikator yang mengukur volatilitas pasar. Bollinger Bands terdiri dari tiga garis: SMA dan dua garis standar deviasi di atas dan di bawahnya. Jika harga mendekati garis atas, pasar dianggap overbought, sementara jika harga mendekati garis bawah, pasar dianggap oversold.
- MACD (Moving Average Convergence Divergence): Mengukur hubungan antara dua MA untuk mengidentifikasi momentum dan potensi pembalikan tren. MACD terdiri dari garis MACD dan garis sinyal; persilangan antara keduanya memberikan sinyal beli atau jual.
5. Volume Perdagangan
Volume perdagangan mengukur jumlah total aset yang diperdagangkan dalam jangka waktu tertentu. Volume penting karena menunjukkan kekuatan atau validitas pergerakan harga. Jika harga bergerak naik atau turun dengan volume tinggi, tren tersebut dianggap lebih kuat. Sebaliknya, jika pergerakan harga disertai volume rendah, kekuatan tren diragukan.
6. Polanya Grafik
Polanya grafik terbentuk dari pergerakan harga dan membantu trader untuk memprediksi pergerakan harga di masa depan. Beberapa pola yang paling umum termasuk:
- Head and Shoulders: Pola pembalikan yang menandakan perubahan dari tren naik ke tren turun, atau sebaliknya.
- Double Top dan Double Bottom: Pola pembalikan yang menunjukkan harga mencapai puncak atau dasar dua kali sebelum berbalik arah.
- Triangles (Segitiga): Pola kelanjutan di mana harga mengkonsolidasikan sebelum meneruskan tren yang sedang berlangsung, baik naik maupun turun.
7. Divergence
Divergence terjadi ketika arah pergerakan harga berbeda dengan arah indikator teknikal. Ada dua jenis divergence:
- Bullish Divergence: Ketika harga membuat lower lows tetapi indikator seperti RSI membuat higher lows. Ini sering kali menandakan pembalikan harga ke arah naik.
- Bearish Divergence: Ketika harga membuat higher highs tetapi indikator membuat lower highs. Ini biasanya menunjukkan potensi pembalikan ke arah turun.
8. Time Frame
Dalam analisis teknikal, time frame (kerangka waktu) adalah periode waktu yang digunakan untuk menganalisis pergerakan harga. Trader bisa menggunakan berbagai time frame, mulai dari grafik harian, mingguan, hingga per menit, tergantung pada gaya trading mereka (day trading, swing trading, atau long-term investing).
9. Breakout dan False Breakout
Breakout terjadi ketika harga menembus level support atau resistance yang signifikan, menunjukkan potensi pergerakan besar dalam arah yang sama dengan penembusan. Namun, trader juga harus waspada terhadap false breakout, di mana harga menembus level support atau resistance tetapi kemudian kembali ke kisaran sebelumnya.
10. Momentum
Momentum mengukur kecepatan pergerakan harga dalam waktu tertentu. Indikator seperti RSI dan MACD sering digunakan untuk menilai kekuatan momentum. Momentum yang kuat menunjukkan bahwa harga cenderung terus bergerak dalam arah yang sama, sementara momentum yang melemah dapat menandakan pembalikan tren.
Bagaimana Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Kehidupan Sehari-Hari?
Mungkin banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa nilai tukar mata uang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa dampaknya:
1. Harga Barang Impor
Jika rupiah melemah, harga barang-barang impor seperti elektronik, bahan bakar, dan makanan tertentu akan naik.
2. Perjalanan ke Luar Negeri
Bagi mereka yang sering bepergian ke luar negeri, nilai tukar yang rendah berarti biaya perjalanan akan lebih mahal.
3. Pendidikan di Luar Negeri
Mereka yang mengirim anak-anaknya untuk belajar di luar negeri juga akan merasakan dampak dari pelemahan rupiah, karena biaya pendidikan yang dihitung dalam dolar AS akan meningkat.
4. Investasi
Jika Anda berinvestasi di luar negeri atau dalam aset yang berdenominasi dalam dolar AS, pelemahan rupiah bisa meningkatkan nilai investasi Anda dalam rupiah.
Kesimpulan
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah salah satu faktor penting dalam perekonomian Indonesia yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Faktor-faktor seperti kebijakan moneter, inflasi, dan kondisi ekonomi global semuanya berperan dalam menentukan nilai tukar. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mempengaruhi nilai tukar, kita dapat lebih siap menghadapi perubahan ekonomi di masa mendatang.
BACA JUGA : Pentingnya Pelestarian Sumber Daya Alam untuk Masa Depan
FAQs
1. Apa yang menyebabkan fluktuasi nilai tukar rupiah?
Fluktuasi nilai tukar disebabkan oleh berbagai faktor seperti inflasi, suku bunga, kebijakan moneter, dan kondisi ekonomi global.
2. Apakah pelemahan rupiah selalu buruk bagi ekonomi Indonesia?
Tidak selalu. Meski pelemahan rupiah bisa meningkatkan biaya impor, hal ini juga membuat produk ekspor Indonesia lebih kompetitif di pasar internasional.
3. Bagaimana cara Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar?
Bank Indonesia menggunakan berbagai instrumen kebijakan moneter, seperti operasi pasar terbuka dan pengendalian suku bunga, untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
4. Apa dampak dari nilai tukar yang tidak stabil?
Nilai tukar yang tidak stabil bisa menurunkan kepercayaan investor, meningkatkan biaya impor, dan membuat pembayaran utang luar negeri lebih mahal.
5. Bagaimana cara memantau nilai tukar rupiah terhadap dolar AS?
Anda bisa memantau nilai tukar rupiah melalui situs resmi Bank Indonesia, bank komersial, atau platform trading mata uang.